LAPORAN EVALUASI
KANKER PAYUDARA
Disusun oleh :
ROMOWALDUS DINO PUTRA
(2011-21-008)
Program Studi S1 Ilmu Gizi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus
Jakarta
2013
BAB 1
ASSESMENT
A.
GAMBARAN UMUM
PENYAKIT
Kanker
payudara adalah tumor ganas pada jaringan payudara. Jaringan payudara terdiri
dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air
susu), dan jaringan penunjang payudara. Oleh Word Health Organization (WHO)
penyakit ini dimasukkan ke dalam International Classification of Disease (ICD)
dengan kode 174-175.15 Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen
yang mengatur pertumbuhan dan diffrensiasi sehingga sel itu tumbuh dan
berkembang biak tanpa dapat dikendalikan. Penyebaran kanker payudara terjadi
melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga
kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula membesar. Kemudian melalui
pembuluh darah kanker menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati dan otak.
B.
IDENTIFIKASI
PASIEN
Nama : Ny. CD
Umur : 40 tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
C. DATA SUBYEKTIF
1.
Data Riwayat
Nutrisi
a. Riwayat Gizi Dahulu
Jarang
makan daging dan lebih suka lauk hewani lain,lauk nabati,sayur dan buah.
b. Riwayat Gizi Sekarang
Data
tidak tersedia.
2.
Data Riwayat
Penyakit
a. Penyakit Dahulu
Data
tidak tersedia
b. Penyakit Sekarang
Pasien
masuk Rumah Sakit karena menderita Ca (kanker) payudara stadium IV.
D. DATA SOSIAL EKONOMI
Data
tidak tersedia.
E. DATA OBYEKTIF
1.
Antropometri
TB : 162 cm
BB : 50 kg
Umur: 40 tahun
Status gizi :
IMT = BB/TB2
50/2,6 (19,23)
Status gizi (NORMAL)
Klasifikasi nilai IMT :
IMT
|
Status
Gizi
|
Kategori
|
<
17.0
|
Gizi
Kurang
|
Sangat
Kurus
|
17.0
- 18.5
|
Gizi
Kurang
|
Kurus
|
18.5
- 25.0
|
Gizi
Baik
|
Normal
|
25.0
- 27.0
|
Gizi
Lebih
|
Gemuk
|
>
27.0
|
Gizi
Lebih
|
Sangat
Gemuk
|
Sumber :
Departemen Kesehatan RI
2.
Fisik/Klinis
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Normal
|
Tekanan darah
|
120/80
|
120/80
|
Suhu tubuh
|
38oC
|
36o-37,2o
C
|
Nadi
|
84 x/mnt
|
50–90x / menit
|
Sumber : American Medical Association
3.
Data
Laboratorium
Pem
|
Hasil
|
Normal
|
HB
|
10,5 g/dl
|
12-18 g / dl
|
WBC
|
3,8 k/ul
|
3,8-11,0 k/ul
|
Na
|
130 mmol/L
|
135-148
mmol /L
|
K
|
3 mmol/L
|
|
Cl
|
100 mmol/L
|
96-112
mmol / L
|
Ureum
|
30 g/dl
|
20 – 40 g/dl
|
Creatinin
|
1,1 mg/dl
|
0,6-1,5
mg / dL
|
Albumin
|
3,2 gr/dl
|
3,5-5,0
gr / dL
|
Sumber : Brooker, 2001
F.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Kanker payudara stadium 4 merupakan kondisi paling
parah pada penyakit kanker payudara setelah kanker payudara stadium 3.
Pada kondisi tersebut sel-sel kanker sudah menyerang bagian tubuh lainnya
seperti tulang, paru-paru, hati, otak, kulit ataupun kelenjar limpa.
Keterlambatan penanganan dan pengobatan merupakan penyebab utama mengapa kanker
payudara stadium 4 ini terjadi. Keterlambatan penanganan tersebut disebabkan
kurangnya kesadaran akan bahaya penyakit kanker payudara sehingga tidak mau
memeriksakan diri ke dokter, atau juga kurangnya pengetahuan akan gejala-gejala
kanker payudara sehingga penyakit tersebut terdeteksi ketika kondisinya sudah
lebih parah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker payudara adalah tumor ganas pada jaringan
payudara. Jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air
susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan penunjang payudara.
Oleh Word Health Organization (WHO) penyakit ini dimasukkan ke dalam International
Classification of Disease (ICD) dengan kode 174-175.15 Kanker payudara terjadi
karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur pertumbuhan dan diffrensiasi
sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan.
Penyebaran kanker payudara terjadi melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di
kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun
supraklavikula membesar. Kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar ke
organ lain seperti paru-paru, hati dan otak.
Epidemiologi
a. Distribusi
dan Frekuensi
Semua wanita memiliki risiko terkena kanker payudara. Kanker
payudara juga bisa menyerang pria dengan perbandingan 1 : 100 antara pria
dengan wanita. Kanker payudara ditemukan di seluruh dunia. Tahun 2003, insidens
kanker payudara di Belanda 91 per 100.000 penduduk, Amerika 71,7 per 100.000
penduduk, Swiss 70 per 100.000 wanita, Australia 83,2 per 100.000 penduduk,
Kanada 84,7, Indonesia 26 per 100.000 wanita pada tahun 2002 dan Jepang 16 per
100.000 penduduk. 8,9,20 Kanker payudara lebih sering dijumpai pada umur 40-49
tahun yaitu sebesar 30,35%. Menurut Sukardja yang dikutip oleh Arlinda (2002)
di Amerika frekuensi kanker payudara tertinggi ditemukan pada umur 40-50
tahun.21 Demikian juga di Jepang yaitu sebesar 40,6% kanker payudara ditemukan
pada umur 40-49 tahun dan jarang pada umur kurang dari 30 tahun.
b. Determinan
Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum
diketahui. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor
yang terkait satu dengan yang lainnya. Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi
timbulnya kanker payudara adalah :
a. Usia
Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya usia.
Berdasarkan penelitian American Cancer Society tahun 2006 diketahui usia
lebih dari 40 tahun mempunyai risiko yang lebih besar untuk mendapatkan kanker
payudara yakni 1 per 68 penduduk dan risiko ini akan bertambah seiring dengan
pertambahan usia yakni menjadi 1 per 37 penduduk usia 50 tahun, 1 per 26
penduduk usia 60 tahun dan 1 per 24 penduduk usia 70 tahun. Kanker payudara
juga ditemukan pada usia <40 tahun namun jumlahnya lebih sedikit yakni 1 per
1.985 penduduk usia 20 tahun dan 1 per 225 penduduk usia 30 tahun. Data
American Cancer Society (2007) melaporkan 70% perempuan didiagnosa menderita
kanker payudara di atas usia 55.
b. Jenis
Kelamin
Kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada pria
juga dapat terjadi kanker payudara, namun frekuensinya jarang hanya kira-kira
1% dari kanker payudara pada wanita.
c. Riwayat
Reproduksi
Riwayat reproduksi dihubungkan dengan banyak
paritas, umur melahirkan anak pertama dan riwayat menyusui anak. Wanita yang
tidak mempunyai anak atau yang melahirkan anak pertama di usia lebih dari 30
tahun berisiko 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang melahirkan pertama di
bawah usia 30 tahun. Wanita yang tidak menyusui anaknya mempunyai risiko kanker
payudara 2 kali lebih besar. Kehamilan dan menyusui mengurangi risiko wanita
untuk terpapar dengan hormon estrogen terus. Pada wanita menyusui, kelenjar
payudara dapat berfungsi secara normal dalam proses laktasi dan menstimulir
sekresi hormon progesteron yang bersifat melindungi wanita dari kanker
payudara.
d. Riwayat
Kanker Individu
Penderita yang pernah mengalami infeksi atau operasi tumor
jinak payudara berisiko 3-9 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
Penderita tumor jinak payudara seperti kelainan fibrokistik berisiko 11 kali
dan penderita yang mengalami operasi tumor ovarium mempunyai risiko 3-4 kali
lebih besar.23
e. Riwayat
Kanker Keluarga
Secara genetik, sel-sel pada tubuh individu dengan riwayat
keluarga menderita kanker sudah memiliki sifat sebagai embrio terjadinya sel
kanker. Menurut sutjipto (2000) yang dikutip oleh Elisabet T, kemungkinan
terkena kanker payudara lebih besar 2 hingga 4 kali pada wanita yang ibu dan
saudara perempuannya mengidap penyakit kanker payudara.25
f. Menstruasi
cepat dan Menopause lambat
Wanita yang mengalami menstruasi pertama (Menarche)
pada usia kurang dari 12 tahun berisiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih tinggi
daripada wanita dengan menstruasi yang datang pada usia normal atau lebih dari
12 tahun dan wanita yang mengalami masa menopausenya terlambat lebih dari 55
tahun berisiko 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi. Wanita yang menstruasi pertama
di usia kurang dari 12 tahun dan wanita yang mengalami masa menopause terlambat
akan mengalami siklus menstruasi lebih lama sepanjang hidupnya yang
mengakibatkan keterpaparan lebih lama dengan hormon estrogen.
g. Pajanan
Radiasi
Wanita yang terpapar penyinaran (radiasi) dengan dosis tinggi
di dinding dada berisiko 2 hingga 3 kali lebih tinggi.
h. Obesitas
dan Konsumsi makanan lemak tinggi
Wanita yang mengalami kelebihan berta badan (obesitas) dan
individu dengan konsumsi tinggi lemak berisiko 2 kali lebih tinggi dari yang
tidak obesitas dan yang tidak sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Risiko
ini terjadi karena jumlah lemak yang berlebihan dapat meningkatkan kadar
estrogen dalam darah sehingga akan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
2.4. Gejala
Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa
tanda dan gejala). Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan
penebalan pada payudara. Kebanyakan kira-kira 90% ditemukan oleh penderita
sendiri. Kanker payudara pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.
Fase lanjut :
a) Bentuk
dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
b) Luka
pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.
c) Eksim
pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati.
d) Puting
sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting atau keluar air susu
pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui.
e) Puting
susu tertarik ke dalam.
f) Kulit
payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange).
Metastase luas, berupa :
a)
Pembesaran
kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
b)
Hasil
rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
c)
Peningkatan
alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang.
d)
Fungsi
hati abnormal.
Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi masalah besar
karena lebih dari 70% pasien datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut
dengan berbagai bentuk luka, antara lain tumor melekat pada kulit dan jaringan
dibawahnya serta penyebaran pada kelenjar getah bening regional. Gejala lain
yang mungkin timbul adalah batuk dan sesak nafas karena metastasis tumor pada
paru, sakit di punggung akibat metastasis pada tulang belakang, berat badan
semakin menurun dan anemia.
Stadium
Dibawah ini pembagian stadium klinis Portman yang disesuaikan
dengan aplikasi klinik :
Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari
jaringan sekitarnya, tidak ada klasifikas/ infiltrasi berkulit dan jaringan
dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm. KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum
teraba.
Stadium II : Sama dengan stadium I, besar tumor 2-5 cm, sudah
ada KGB aksila (+), tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2 cm.
Stadium IIIA : Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih bebas
dari jaringan sekitarnya,
Stadium IIIB : Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran
5-10 cm, fiksasi pada kulit/ dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih
dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi, nodul satelit, KGB aksila melekat
satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm dan belum ada
metastasis jauh.
Stadium IV : Tumor seperti stadium I, II atau III tetapi
sudah disertai dengan KGB aksila supraklavikula dan metastasis jauh.
Selain itu, Bagian Patologi Anatomi FK UI membagi stadium klinik kanker
payudara atas stadium dini dan lanjut. Yang termasuk stadium dini adalah
stadium I, stadium II dan stadium IIIA, sedangkan yang termasuk stadium lanjut
adalah stadium IIIB dan stadium IV.
Beberapa
jenis kanker payudara sering menunjukkan disregulasi hormon HGF dan onkogen
Met, serta ekspresi berlebihan enzim PTK-6.
1. Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel
normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari
tahap inisiasi dan promosi.
2. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi suatu perubahan
dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan
genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen.
3. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang
telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati
tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan
beberapa faktor untuk terjadinya keganasan.
4. Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang
merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara. Beberapa diantaranya
disertai dengan komplikasi lain (Anonim, 2012).
Klasifikasi
Ada 2 macam klasifikasi kanker payudara,
yakni klasifikasi patologik dan klasifikasi klinik.
1)
Klasifikasi
Patologik
a. Kanker puting payudara (Paget’s
disease).
Paget’s
disease adalah bentuk kanker yang dalam taraf permulaan manifestasinya sebagai eksema menahun puting susu, yang biasanya
merah dan menebal.
b. Kanker duktus laktiferus: papillary,
comedo, adeno carcinoma dengan banyak fibrosis (scirrhus), medullary carcinoma
dengan infiltrasi kelenjar.
c. Kanker dari lobulus.
Ini
yang timbul sering sebagai carcinoma in situ denga lobulus yang membesar.
2)
Klasifikasi
Klinik
Kanker payudara, di samping
klasifikasi patologik, juga mempunyai klasifikasi klinik. Sebelum 1968, di
klinik bedah sering dipakai klasifikasi Steinthal.
a. Steinthal I : Kanker payudara sampai
2 cm besarnya dan tidak mempunyai anak sebar.
b. Steinthal II : Kanker payudara 2 cm atau lebih dengan mempunyai anak sebar
di kelenjar ketiak.
c. Steinthal III : Kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar
ketiak, infra dan supraklavikular; atau infiltrasi ke fasia pektolaris atau ke
kulit; atau kanker payudara yang apert
(memecah ke kulit).
d. Steinthal IV : Kanker payudara dengan metastasis jauh, misalnya ke tengkorak,
atau tulang punggung, atau paru-paru, atau hati dan panggul (Prawirohardjo,
2008).
Pencegahan
Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan
dalam 3 kelompok besar, begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang
dilakukan antara lain berupa:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker
payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan agar orang hidup sehay
melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko.
Pencegahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara
sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga memperkecil faktor risiko terkena
kanker payudara.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan
terhadap individu. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini,
salah satunya dengan menggunakan mammografi.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya
diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.
Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita (Anonim,
2012).
Penanganan
Ada beberapa penanganan kanker payudara
yang tergantung pada stadium klinik penyakitnya, yaitu:
1. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi
pangengkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi, yaitu:
i.
Modified
Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di
sekitar ketiak.
ii.
Total
(Simple) Mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh payudara saja, tetapi bukan
kelenjar ketiak.
iii.
Radical
Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut
lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang mengandung sel kanker,
bukan seluruh payudara.
2. Radiasi
Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker
yang masih tersisa di payudara setelah operasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian
obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul atau
melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme kemotaksis.
Tidak hanya sel kanker di payudara, tapi juga seluruh tubuh.
4. Lintasan
Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa
penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk
melawan osteoporosis yang diinduksi oleh overian suppression, hiperkalsemia dan
kelainan metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan
metastasis sel kanker payudara menuju tulang. Walaupun pada umumnya asupan asam
bifosfonat dapat ditoleransi tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat
menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal
(Anonim, 2012).
BAB
III
DIAGNOSA
GIZI
A.
DIAGNOSA
GIZI
i.
NI 1.4 ASUPAN ENERGI INADEKUAT
Asupan energy kurang dari
energy ekspenditur disebabkan oleh kurangnya asupan energy ditandai dengan
kurangnya berat bedan dari berat badan ideal.
ii.
NB 1.7 PEMILIHAN MAKANAN YANG SALAH (PEMILIHAN
MAKANAN YANG TIDAK DIHARAPKAN)
Pemilihan makanan yang tidak sesuai dengan anjuran gizi
seimbang ditandai dengan kebiasaan
makan yang tidak menyukai sumber protein hewani dari daging.
iii.
NC. 3.1 BERAT BADAN KURANG (UNDERWEIGHT)
Ditandai dengan hasil pengukuran RMR lebih tinggi atau
lebih kurang dari yang diharapkan
atau estimasi RMR.
BAB
IV
PERENCANAAN
INTERVENSI GIZI DAN EDUKASI
A. TERAPI DIET
1. Bentuk
makanan
Bentuk makanan yang akan diberikan kepada pasien
adalah bentuk makanan lunak karena pasien mengalami kenaikan suhu tubuh.
2. Cara
pemberian
Pemberian makanan dan minuman kepada pasien
diberikan secara ORAL
B. TUJUAN DIET
a. Membantu
pasien untuk memperbaiki kebiasaan makan pasien,terutama protein hewani yang
berasal dari daging.
b. Memperhatikan
jenis makanan untuk menurunkan suhu tubuh yang mengalami peningkatan.
Syarat diet :
a.
Konsumsi makanan lunak karena pasien
mengalami kenaikan suhu.
b.
KH cukup yaitu 70% dari total kebutuhan
energy.
c.
Protein normal yaitu 10-15% dari total
energy (utamakan energy protei yang bersumber dari daging)
d.
Lemak normal yaitu 15-20% dari total
kebutuhan energy.
e.
Vitamin mineral cukup.
B. PRINSIP DIET
Menurut the Miflin-ST.Joer (Nutrution
Assessment,Pamela Charney,PhD, RD)
RMR = 10W+6,25H-5A-161
= 10.50+6,25.162-5.40-161
= 1151,5 kkal
= 1151,5.FA.FS
= 1151,5 .1,5. 1,5
E
= 2590 kkal
P =
15%.ET
= 15/100.2590
=
388,5 kkal (4)
= 97 gr
L
= 20%.ET
=
20/100.2590
=
518 (/9)
=
57 gr
KH
= 65%.ET
=
65/100.2590
=
1683 kkal (/4)
=
429 gr
D. SYARAT DIET
Memenuhi
kebutuhan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan :
Karbohidrat : 65%
Protein :
15%
Lemak :
20%
E. MONITORING DAN EVALUASI
Kriteria Monev
|
Yang diukur
|
Metode pengukuran
|
Indicator keberhasilan dan target waktu pencapaian
|
§ Antropometri
|
-
|
-
|
-
|
§ Biokimia
|
o
Albumin
o
HB
o
WBC
o
Na
o
K
o
Cl
o
Ureum
o
Creatinin
|
Uji laboratorium
|
Mencapai batas normal selama pasien
dirawat.
|
§ Clinic
|
o
Nadi
o
Suhu
o
Tekanan darah
|
Mencapai batas normal selama pasien dirawat.
|
|
§ Dietry
|
Intake makan
|
Memperhatikan makanan yang telah
diberikan apakah ada sisa atau tidak.
|
Makanan yang diberikan tidak ada sisa
dengan target pasien sudah mengkonsumsi sampai batas yang telah dihitung.
|
§ Environment /
etc
|
-
|
-
|
-
|
F. TERAPI EDUKASI
Tujuan
:
Agar pasien dan keluarga :
a.
Mengerti
bahwa daging juga merupakan sumber protein yang penting bagi tubuh.
b.
Dapat
mengubah pola hidup,khususnya mengubah kebiasaan yang dapat menyebabkan kanker.
Sasaran
:
Pasien dan keluarganya
Waktu
:
20-30 menit
Tempat
:
Ruang rawat inap
Metoda
:
Penyuluhan individu
Diskusi
Tanya jawab
Alat
bantu :
Leaflet
Food model
Materi
:
Daging
dan Kanker payudara.
BAB
V
KESIMPULAN
Pasien pada kasus ini mengalami penyakit kanker stadium empat,pada
stadium ini penyakit sudah menyerang keseluruh tubuh. Kanker seperti stadium I, II atau III tetapi sudah
disertai dengan KGB aksila supraklavikula dan metastasis jauh. Selain
itu, Bagian Patologi Anatomi FK UI membagi stadium klinik kanker payudara atas stadium
dini dan lanjut. Yang termasuk stadium dini adalah stadium I, stadium II dan
stadium IIIA, sedangkan yang termasuk stadium lanjut adalah stadium IIIB dan
stadium IV. Beberapa
jenis kanker payudara sering menunjukkan disregulasi hormon HGF dan onkogen
Met, serta ekspresi berlebihan enzim PTK-6.
Pada kasus
ini juga pasien mengalami kenaikan suhu sehingga makanan yang harus diberikan
adalah makanan lunak,serta dilakukan pemeriksaan suhu oleh dokter sampai
mencapai suhu normal,yaitu 37oC.
DAFTAR PUSTAKA
Terminology
dan matriks dietetik dan gizi pada proses
asuhan gizi terstandar
Tabel
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
untuk Orang Dewasa Harris Benedict
American Dietetik
Association.2008.international Dietetics And Nutrition Terminology (IDNT)
Reference Manual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar